MieftachZone

Jumat, 14 Mei 2021

Sejarah Yahudi & Zionis vs Perjuangan Brigade AlQassam Hammas




MASA KELAM

Kippenheim, 1938. Di desa yang terletak di bagian barat daya Jerman dekat Black Forest itu tinggallah sebuah keluarga Yahudi yang berbahagia. Mereka adalah pasangan Berthold dan Regina Auerbacher beserta anak tunggal mereka yang baru berusia empat tahun, Inge Auerbacher. Berthold adalah seorang pengusaha tekstil yang sukses. Dari kesuksesannya tersebut ia dapat memiliki rumah besar dengan 17 kamar yang ditinggali pula oleh sanak famili lain dan beberapa orang asisten rumah tangga. 

Semestinya hal ini bukan suatu masalah. Namun, bagi Nazi yang kala itu masif melancarkan propaganda anti-semitisme, sebuah keluarga Yahudi, terutama yang makmur secara ekonomi, adalah parasit yang harus segera diberantas. Dan itulah yang mereka lakukan pada 10 November 1938. Inge, yang kini berusia 76 tahun, memberikan kesaksiannya: “Ketika itu orang-orang jahat melempari rumah kami sehingga semua jendela rumah hancur. Kami berkumpul di ruang tamu, kaca-kaca berserakan di seluruh lantai. Ada satu (orang berpotongan seperti--red) preman melihat melalui jendela yang pecah. Ia lantas berteriak: ‘Oh, lampu gantung masih menggantung’.”

 Preman tersebut kemudian melemparkan lebih banyak batu lagi ke rumah mereka dan diikuti segerombolan orang lainnya. Inge dan keluarganya lalu bersembunyi di gudang belakang sebelum akhirnya mereka ketahuan. Ayah dan kakeknya lantas digelandang ke kamp konsentrasi di Dachau. Namun beberapa pekan setelahnya mereka dilepaskan. 

 Keluarga Inge kemudian pindah ke Jebenhausen, pedesaan terpencil yang terletak di Württemberg (sekarang disebut Baden-Württemberg), perbatasan antara Jerman dan Perancis. Di sana, selain kakeknya meninggal, kehidupan mereka juga tak lantas pulih seperti semula. Para tetangga menjauhi mereka, kendati anak-anak seusia Inge masih suka bermain bersamanya. Untuk sekolah, Inge pun harus naik kereta khusus anak-anak Yahudi dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pada malam yang sama, 10 November 1938, seorang anak perempuan lain berusia 10 tahun beserta keluarganya juga merasakan kengerian serupa di Berlin. 


Rumah-rumah dihancurkan, toko-toko dijarah, orang-orang menjerit ketakutan. Nama anak itu adalah Ruth Winkelmann. Ayahnya bernama Hermann Jacks, seorang Yahudi tulen. Ibunya, Elly, adalah seorang Protestan yang kemudian memeluk Yahudi karena menikah dengan Jacks. Ketika sekeluarga itu ditangkap, Jacks segera dikirim ke Kamp Konsentrasi, sedang istrinya dilepaskan. Dosa Elly masih dimaafkan oleh Nazi sebab ia masih termasuk ras Arya. Sementara untuk Ruth dan adiknya, Eddi, kasusnya menjadi lebih pelik. Hukum rasial Nazi menganggap anak-anak yang lahir dari perpaduan genetika orangtua seperti mereka termasuk ke dalam golongan “tingkat pertama ras campuran”. Mereka dapat dilepaskan jika tidak terdaftar ke dalam komunitas Yahudi. Nahasnya, di dalam akta lahir Ruth dan Eddi, mereka tercatat sebagai Yahudi. 

Dari situasi tersebut, kedua kakak beradik itu termasuk ke dalam “Geltungsjude”: istilah tak resmi yang dipopulerkan Nazi berdasar pada Undang-Undang Rasial Nuremberg, diperuntukkan kepada mereka yang dianggap Yahudi kendati tidak murni secara genetik. Untuk menyelamatkan kedua anak mereka, Jacks dan Elly akhirnya bercerai. Ini artinya, Jacks akan segera dikirim ke Kamp Konsentrasi di Auschwitz dan tidak mungkin bisa selamat karena hanya dia seorang Yahudi murni dalam keluarga tersebut. 

Sejak berada di kamp hingga tahun 1943, Jacks sempat mengirim empat pucuk surat kepada keluarganya. Satu surat terakhir ditujukan khusus untuk Ruth. Ketika diwawancara BBC (10/11/2018), ia sempat membacakannya: “Kesayanganku, ayah baik-baik saja. Kamu bagaimana? Paket kalian yang berisi roti, kue, dan tembakau sudah ayah terima. Terima kasih banyak, ya, ayah senang sekali. Kalau itu tidak ada, rasanya hampa betul. Ayah doakan yang terbaik untuk ulang tahun ibumu. Cinta dan cium dari ayahmu.” Ruth kini telah berusia 90 tahun dan sepanjang itu pula ia tak pernah tahu di mana (mayat) ayahnya. Kisah yang menimpa Inge dan Ruth “hanyalah” sedikit dari sekian banyaknya momen tragis yang menimpa kaum Yahudi pada masa ketika Nazi berjaya. 



Semua kekejaman itu dimulai sejak 9-10 November 1938. Satu hari jahanam yang kelak disebut Kristallnacht. Gladi Resik Pemusnahan Yahudi oleh Nazi Secara harfiah, Kristallnacht berarti "Malam Kristal”, Jika diterjemahkan ke bahasa Inggris, istilah tersebut menjadi “Night of Broken Glass” alias "Malam Kaca Pecah". 

Sebagaimana sudah disinggung melalui dua contoh di atas, Kristallnacht mengacu kepada pogrom anti-Yahudi yang dilaksanakan pada 9-10 November 1938 dan terjadi di seluruh wilayah Jerman Reich yang kala itu meliputi Austria hingga wilayah Sudetenland (istilah untuk menyebut daerah selatan, utara, dan barat Cekoslowakia). 

Nazi mengerahkan pasukan Sturmabteilung, ormas paramiliter bentukan langsung Adolf Hitler, untuk melakukan pogrom ini. Teror dimulai dengan merusak seluruh properti yang (diduga) merupakan milik atau bersangkutan dengan kaum Yahudi. Toko, rumah, sekolah, rumah sakit, hingga sinagoga sebagai tempat ibadah dirusak. Salah satu sinagoga di Ober-Ramstadt, nama desa di distrik Darmstadt-Dieburg, Hessen, bahkan sengaja didiamkan oleh pemadam kebakaran hingga ludes terbakar. Mereka hanya diperintah untuk mencegah agar api tidak menyebar ke bangunan sekitar. 

Laporan awal menyebut 267 sinagoga hancur, lebih dari 7000 toko dirusak, dan 91 orang tewas dalam penyerangan Kristallnacht. Namun sejarawan Richard Evans menyebut jumlah korban mencapai ratusan orang. Ia menghitung dari korban yang tewas akibat dianiaya pasca penangkapan dan yang bunuh diri. Selain karena pogrom utama Nazi memang didorong oleh kebencian terhadap Yahudi, serangan Kristallnacht dimaknai pula sebagai misi balas dendam atas pembunuhan diplomat Nazi, Ernst vom Rath, yang dilakukan oleh Herschel Grynszpan, seorang Yahudi-Polandia kelahiran Jerman berusia 17 tahun dan tinggal di Paris kala itu, dua hari sebelumnya. 


Sekitar 30.000 kaum Yahudi kemudian dibawa ke kamp konsentrasi Dachau, Buchenwald, dan Sachsenhausen usai terjadinya Kristallnacht. Pada 12 November 1938 atau tiga hari berselang, sekitar 100 anggota Nazi dan para pimpinan tinggi seperti Joseph Goebbels, Reinhard Heydrich, dan Hermann Göring, mengadakan pertemuan untuk memutuskan apa tindakan selanjutnya. 

 Heydrich mengusulkan agar segera dibuat undang-undang baru yang melarang siapapun kaum Yahudi melakukan kontak sosial dengan orang Jerman, juga melarang mereka menggunakan transportasi publik, sekolah, juga rumah sakit. Pada dasarnya, Heydrich hanya ingin mengenyahkan kaum Yahudi dari Jerman dengan mempersempit pilihan hidup mereka: pergi ke luar negeri atau mati. 

Sementara Goebbels mengajukan ide yang lebih absurd: bahwa Yahudi harus membersihkan puing-puing dari sinagoga yang terbakar lalu mengubahnya menjadi tempat parkir. Mereka juga menyepakati agar kaum Yahudi tidak boleh memiliki andil dalam keseluruhan kehidupan ekonomi di Jerman. Seluruh hak milik mereka, termasuk perusahaan dan unit bisnis apapun, akan dipindahkan ke orang-orang non-Yahudi. Ganti rugi diberikan kepada Yahudi hanya dalam bentuk surat obligasi Jerman. Göring juga menyatakan bahwa kerusakan ekonomi akibat Kristallnacht harus ditanggung sendiri oleh kaum Yahudi. 

Tak hanya itu, setiap uang dari klaim asuransi yang dibayarkan akan disita oleh pemerintah Jerman. Göring kemudian menutup pertemuan tersebut dengan mengatakan: "Aku akan menutup pertemuan dengan kata-kata ini: sebagai hukuman atas kejahatan mereka yang buruk sekali dan lainnya, Yahudi Jerman harus membayar kontribusi sebesar satu milyar mark. Keputusan ini akan berjalan. Babi-babi itu tidak akan melakukan pembunuhan lagi."

 Setelah pertemuan ini, setelah “Malam Ketika Kaca-Kaca Dipecahkan” berlangsung, kita tahu yang terjadi selanjutnya: enam juta kaum Yahudi dihabisi oleh Nazi.

Secara terperinci, berikut adalah alasan-alasan kenapa Hitler begitu benci dengan Yahudi, sampai-sampai harus dengan membantai jutaan dari mereka.

1. Rasa Benci Hitler Terhadap Yahudi Tercipta Sejak Kecil

Sebagian orang Eropa zaman dulu percaya jika Yahudi adalah sumber kekacauan. Entah siapa yang pertama memulai anggapan ini, namun gara-gara itu mulailah lahir sikap anti Yahudi. Bahkan Black Death si wabah penyakit mematikan itu juga ada yang menganggapnya sebagai ulah Yahudi. Hitler rupanya juga percaya akan hal tersebut.

Sejak kecil Hitler mendapatkan doktrin tentang Yahudi yang jahat. Keyakinan Hitler akan hal tersebut juga makin bertambah ketika ia mengalami banyak pengalaman buruk yang berhubungan dengan orang-orang Yahudi. Misalnya neneknya yang mati ketika dirawat seorang dokter Yahudi, atau ibunya yang harus bekerja di rumah orang-orang kaya Yahudi. Dari semua pengalaman dan anggapan buruk ini, sikap anti Yahudi Hitler pun terpupuk sempurna

2. Hitler Benci Yahudi Karena Mereka Kaya

Ketika masih belum meroket sebagai pemimpin tunggal Nazi, Hitler harus melewati banyak fase hidup yang suram. Salah satunya adalah berjibaku dengan kemiskinan. Hitler pernah harus bersusah payah hanya untuk hidup normal. Di waktu yang sama ia mendapati realita kalau banyak orang Yahudi yang hidup enak tanpa bekerja keras.

Kala itu orang-orang Yahudi Jerman memang menguasai banyak sektor ekonomi yang penting. Alhasil, secara finansial mereka sangat mapan. Hitler tidak menyukai ini. Di samping ia juga melihat ketimpangan yang benar-benar miris. Makin benci lah sang calon Fuhrer ini kepada Yahudi.


3. Hitler Sangat Percaya Konspirasi Yahudi

Pasti pernah dengar kan soal konspirasi Yahudi? Ya, ini adalah tentang anggapan jika di masa depan nanti Yahudi akan mendominasi dunia dan mengontrol apa yang ada di dalamnya. Entah benar atau tidak, hal ini masih jadi abu-abu sampai hari ini. Namun, Hitler sangat percaya jika yang akan terjadi memang seperti itu.

Makanya, untuk bisa mencegah Yahudi menjalankan misi New World Order mereka, Hitler pun melakukan Holocaust. Membantai Yahudi sebanyak mungkin sehingga mereka tak punya cukup massa untuk menyongsong agenda tatanan dunia baru. Pengikut Hitler pun banyak yang beranggapan sama dengan sang pemimpin. Dan ini pula yang turut memuluskan rencana Holocaust yang ngeri itu.

4. Hitler Menganggap Kekalahan Jerman di Perang Dunia I Karena Yahudi

Perang Dunia Pertama Hitler belumlah melejit, tapi ia turut ambil bagian dalam perang global pertama itu. Jerman dalam perang ini kalah telak. Bahkan mereka diduga sampai hutang puluhan ribu ton emas. Kekalahan ini sendiri disebabkan oleh banyak hal. Tapi, lagi-lagi Hitler berkeyakinan jika alasan kenapa Jerman dipermalukan adalah karena orang-orang Yahudi.

Menurut Hitler, orang Yahudi bagaikan sebuah parasit yang merongrong Jerman dari dalam dan kemudian membuatnya lemah sehingga mudah dikalahkan. Jerman sebelumnya sangat kuat, tapi Yahudi-lah yang membuat negara ini lemah. Soal Hitler yang menyalahkan Yahudi atas kekalahan Jerman termuat dalam buku berjudul berjudul How World War One Led To the Holocaust.

PINDAH KE PALESTINA


Palestina berubah dari ini menjadi ini (lihat foto atas), dan ini tidak terjadi dalam semalam.

Sampai di awal 1900an, Palestina adalah bagian dari Khilafah Utsmaniyah, tanah yang memiliki beragam agama dimana Muslim, Kristen dan Yahudi hidup berdampingan.


Lalu semua mulai berubah dengan dimulainya pergerakan Zionis di Eropa yang menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi merdeka secara ideal di Palestina.


Gelombang pertama Yahudi Eropa mulai berimigrasi. Di akhir Perang Dunia I Khilafah Utsmaniyah runtuh dan Palestina berada dibawah kekuasaan Inggris.


Melalui Deklarasi Balfour, pada 1917 Inggris mendeklarasikan dukungannya untuk sebuah tanah air Yahudi di Palestina.

Deklarasi tersebut tercantum dalam sebuah surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri Britania Raya Arthur Balfour kepada Lord Walter Rothschild, seorang pemimpin komunitas Yahudi Britania.


Atas restu Inggris, terjadilah eksodus Yahudi secara besar-besaran ke Palestina. Dalam waktu bersamaan Inggris mengizinkan Yahudi membangun angkatan bersenjata yang kemudian menjadi awal terjadinya pembersihan etnis Arab.


Tanah wakaf umat Islam itu (Palestina) ketika perampokan Balfour terjadi, penduduk Yahudi hanya 8% di sana.


Tahun 1947 PBB melakukan dosa sangat besar dengan memberikan 55% tanah Palestina ke Yahudi yang sama sekali gak berhak atas itu. Padahal ketika itu jumlah warga Yahudi hanya 31% dan tanah yang dimiliki warga Yahudi hanya 6% dari keseluruhan Palestina.


Dengan jahatnya, 15 Mei 1948 Israel berdiri di atas tanah rampokan yang dunia terlibat di dalamnya melalui PBB.


Negara-negara Arab di kawasan menolak pengambilalihan lahan Palestina dan berdirinya Israel. Terjadilan perang Arab-Israel pertama.


Israel menang dalam perang ini dan merebut tanah yang diperuntukkan untuk negara Palestina dibawah rencana PBB.


Tanah Palestina dibagi menjadi 3 bagian: Tepi Barat dan Yerusalem Timur masih dikuasai Yordania, Gaza masih dikuasai Mesir, dan penjajah Israel menguasai 78% tanah Palestina, termasuk Yerusalem barat.


Setelah Israel kuasai 78% tanah Palestina, sebanyak 700 ribu warga Palestina menjadi pengungsi dan hari tersebut diperingati sebagai “al Nakba” “bencana”.


Pada 1967, perang enam hari pecah antara Israel dan negara-negara Arab di kawasan dan pada akhir perang tersebut petanya berubah menjadi seperti ini. Palestina sekarang benar-benar diduduki oleh Israel.


Jadi, perampokan tanah Palestina ini perampokan yang disponsori dunia.

Lalu lahirlah PLO (Organisasi Pembebasan Palestina ), yang Tujuan utama awalnya adalah: "untuk membebaskan Palestina dari Israel dengan cara apapun." (Tapi PLO akhirnya loyo, tujuan awal mereka lupakan)


Warga Palestina frustasi dan berujung pada sebuah “Intifada” (kebangkitan), sebagai hasilnya lahirlah Hamas. Sebuah gerakan kebangkitan Islam untuk mengusir penjajahan Israel dari bumi Palestina.


PERJUANGAN HAMAS





SONG OF AL QASSAM

حيو الرجال القسامية . حراس فلسطين
اوتاد الارض الابية . طلاب الياسين
Wahai pejuang al-Qassam
Penjaga Palestin
Jadi tunggak ibu pertiwi
Didikan Syeikh Yassin

بالقرآن و بندقية . لبو صرخة عز الدين
Al-Quran jadi senjata
Menyahut seruan Briged Izzudin

بالقرآن و بندقية . لبو صرخة عز الدين

Hela hela helahelahe helahelahe... 2x

يا جيش القسام تقدم . خلف محمد ضيف
علم كل جيوش العالم . درب العزة كيف
Ayuh maralah kehadapan
Bersama Muhammad Dheif
Dikenali tentera dunia
Bentuk jalan mulia

علمهم كيف المقاوم . يستشهد ما يقبل حيف
علمهم كيف المقاوم . يستشهد ما يقبل حيف

Mengajar erti perjuangan
Rela syahid itu matlamat

Tidak mempedulikan musuh
Tidak mengkhianati

Hela hela helahelahe helahelahe... 2x

يا نخوة صلاح شحادة . يا عقل عماد
عبوة عياش الشهادة . عشاق الزناد

Wahai yang bermaruah tinggi
Panglima berdua
Mengisi kehidupan syahadah
Pencinta perjuangan

قتل المحتلين عبادة . شرعها رب العباد
قتل المحتلين عبادة . شرعها رب العباد

Bangunlah wahai pemuda
Pertahan negara tercinta
Bangunlah wahai pemuda
Pertahan negara tercinta

Hela hela helahelahe helahelahe... 2x

يا ملثم يا ابو الكوفية . يا رعب اليهود
يا ابو عبيدة الهمة قوية . تصريحك بارود
Wahai pejuang bertopeng
Gentarkan Yahudi
Abu Ubaidah yang perkasa
Musuh geruni

بالعز تزف العملية . يا نصر بلادي الموعود
بالعز تزف العملية . يا نصر بلادي الموعود

Teriakan yang kedengaran
Tentera Muhammad kembali
Teriakan yang kedengaran
Tentera Muhammad kembali

حيو الرجال القسامية . حراس فلسطين
اوتاد الارض الابية . طلاب الياسين
Wahai pejuang al-Qassam
Penjaga Palestin
Jadi tunggak ibu pertiwi
Didikan Syeikh Yassin
طلاب الياسين
Didikan Syeikh Yassin


Namanya harum di kalangan pejuang Palestina. Dia selalu dikenang sebagai pembangkit perjuangan melawan penjajahan hingga kini. Tak hanya harta dan sumber daya, tetapi juga nyawa dikorbankan untuk kemerdekaan negeri para nabi, tempat berdirinya al-Aqsha yang di dalamnya terdapat Kubah Shakhrah, area yang diyakini menjadi titik awal Rasulullah menjalani Isra dan Mi'raj.


Dia adalah Muhammad Izzuddin bin Abdul Qadir al-Qassam (1883-1935). Semasa hidup, Izzuddin memimpin perjuangan melawan aksi kolonial Inggris di tanah para nabi.

Jiwa perlawanan sudah tertanam sejak kecil ketika masih belajar. Ketika itu, dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berpegang teguh pada ajaran Islam dan selalu menanamkan semangat kemerdekaan agar negeri yang ditempatinya tak lagi dibelenggu penjajahan yang ha nya membawa kesengsaraan.

Semangat yang digelorakannya selalu diikuti masyarakat setempat untuk tidak tinggal diam menyikapi upaya Israel menduduki al-Quds, yang didukung sejumlah negara adidaya. Ia menjadi lambang dan panutan masyarakat dalam melakukan perlawanan hingga saat ini.

Pejuang Palestina ini dilahirkan di baldah Jablah, selatan Lataqiah, Suriah, pada 1882. Selain menimba ilmu di tanah kelahiran, dia juga belajar di Universitas al-Azhar, Kairo, pada 1896 dan lulus tahun 1906. Kemudian, kembali ke kampung halaman menjadi guru dan khatib di Masjid Ibrahim bin Adham.

Aktivitasnya berdakwah di masyarakat membuatnya dikenal sebagai panutan. Masyarakat mendengarkan dan mengikutinya untuk mempertahankan hak atas kemerdekaan. Ketika mi liter Perancis men duduki Suriah pada akhir Perang Dunia I tahun 1918, al-Qassam meng gerakkan massa melawan tentara tersebut. Sejak itu dia menjadi buron (Khairuddin bin Mahmud bin Muhammad bin Ali bin Faris az-Zarkali ad-Dimasyqi: 2002).

Al-Qassam merasa cukup membangkitkan semangat perjuangan di sana. Selebihnya, biarlah masyarakat setempat menentukan nasibnya. Dia kemudian pergi ke Haifa, Palestina. Di sana dia menjadi imam Masjid al-Istiqlal. Pemuda setempat dikumpulkannya untuk mengikuti dakwah.

Syekh al-Qassam mengajarkan baca tulis agar masyarakat setempat dengan mudah mendapatkan informasi dan mampu berkomunikasi dengan baik. Dakwahnya kemudian diapresiasi masyarakat setempat. Pada 1926, Palestina mulai dijajah Inggris.

Ini menjadi permulaan pembentukan negeri zionis yang mengabaikan hak asasi masyarakat setempat untuk tinggal dan menempati negeri tersebut. Ketika itu, dia menggerakkan masyarakat untuk membentuk gerakan rahasia. Al-Qassam memimpin para pemuda, melawan tandatanda meluasnya pengaruh gerakan zionis di Palestina.

Dakwah saja tidak cukup. Dia dan kelompoknya mengangkat senjata yang dianggap sebagai jalan terakhir melawan penjajahan zionis. Gerakan itu tidak mudah. Militer Inggris mampu masuk ke berbagai wilayah sehingga mempersempit gerakan al-Qassam di Haifa. Komandan perang ini terpaksa berpindah ke perkampungan.

Al-Qassam membentuk sel rahasia yang terdiri atas satuan dakwah dan jihad, satuan komunikasi politik, satuan intelijen, satuan pelatihan militer, dan para penghimpun dana untuk pengadaan senjata. Semua itu dijalankannya dengan terorganisasi. Di antara pengikutnya adalah Farhan as- Sa'diy yang dikenal sebagai wakil al-Qassam. Lainnya adalah Rasyid al-Khaza'I yang dikenal sebagai donatur dan penyuplai senjata al-Qassam (Muhammad Hasan Syarab: 2000).

Pada 1929, dia menyatakan perang setelah kasus penguasaan tembok al-Barraq al-Aqsha. Sejak itu, dia mengirim kadernya ke perkampungan dan wilayah pedalaman untuk memobilisasi jihad dan revolusi melawan penjajah. Rakyat Palestina menyambut seruan ini. Mereka turun ke jalan secara berkelompok untuk melakukan perlawanan.


0 comment:

Posting Komentar

silahkan entri sepucuk komentar

MIEFTACHZONE

zONE OF mIEFTACH

Memories Of school