MieftachZone

Senin, 18 Desember 2017

Bangsa Israel dan Palestine sebenarnya saudara

Tidak ada pertikaian antara dua bersaudara yang lebih hebat dari perang di Timur Tengah ini. Bagaimana tidak? Perang ini melibatkan hampir semua bangsa di dunia. Ya! Itulah perang saudara antara Arab dan Yahudi (Palestina dan Israel). Saling benci di antara kedua bangsa ini sudah berlangsung berabad-abad. Terus-menerus gontok-gontokan. Padahal keduanya merupakan keturunan sedarah, dari satu ayah tetapi lain ibu.

Keturunan dua bersaudara yang kemudian terbelah menjadi dua bangsa yaitu Arab dan Yahudi ini, secara turun-temurun, hingga kini memperebutkan tanah pusaka. Tanah pusaka itu berasal dari leluhur mereka. Masing-masing mengklaim bahwa tanah pusaka itu adalah miliknya.
k
Berebut tanah pusaka, adalah persoalan inti antara orang Arab dan Yahudi di Palestina. Akhirnya ada yang memperkeruh masalah ini menjadi konflik antar agama, namun sebetulnya bukan itu inti masalahnya. Di Israel, orang Yahudi tidak hanya memeluk satu agama saja. Sama halnya dengan penduduk Palestina, tidak hanya memeluk satu agama saja. Ada juga orang Arab Palestina beragama Kristen. Sebaliknya ada juga orang Arab Israel (Yahudi) beragama Islam.

Sebetulnya aneh juga menyebut "orang Arab" dan "orang Yahudi", karena kalau ditelusuri, toh keduanya sama-sama berasal dari "ras Arab". Namun begitulah sebutan yang sudah umum dikenal, hingga dikelompokkan menjadi "Arab" dan "Yahudi". Israel adalah nama negara, secara etnis keturunan bangsanya dikenal sebagai orang Yahudi. Palestina adalah nama wilayah/negara, secara etnis keturunan bangsanya dikenal sebagai orang Arab. Bisa dikatakan, perang Palestina vs Israel adalah perang antara dua bersaudara yang sama-sama berasal dari keturunan Arab.

Awal mulanya, Arab dan Yahudi berasal dari keturunan satu ayah, yaitu Abraham (Ibrahim). Abraham memiliki dua istri, yaitu Sarah dan Hagar (Siti Hajar). Dari Ibu Sarah lahir keturunan bangsa Israel (Yahudi). Dari Ibu Hagar atau Siti Hajar lahir keturunan bangsa Arab.
Sebetulnya tadinya Hagar (Siti Hajar) adalah budak dari Mesir, hadiah dari Raja Mesir kepada pasangan Abraham-Sarah. Telah berpuluh tahun Abraham-Sarah mengharapkan lahirnya buah hati. Namun impian ini tidak juga terwujud. Akhirnya Sarah berinisiatif menyodorkan budaknya itu kepada Abraham suaminya.

Usia antara Sarah dan Hagar berbeda jauh. Sarah yang sepuh merelakan dirinya dimadu, dengan maksud agar Hagar yang masih belia bisa melahirkan bayi bagi Abraham. Tentang Abraham-Sarah-Hagar, dikenal oleh agama Kristen (kitab suci Perjanjian Lama), juga dikenal oleh agama Islam (tertulis di Hadist). Nama "Abraham" adalah versi kitab Perjanjian Lama. Nama "Ibrahim" adalah versi Hadist.

Hagar memang akhirnya melahirkan anak bernama Ismail, yang kelak menurunkan bangsa Arab. Seperti kisah klasik poligami, umumnya timbul konflik. Begitu pula antara Sarah dan Hagar. Ujungnya, Hagar (Siti Hajar) pun diminta meninggalkan tempat yang tadinya ditempatinya bersama Abraham dan Sarah. Kemudian Abraham (Nabi Ibrahim) mengantar Hagar ke sebuah tempat yang diperintahkan Tuhan. Yaitu ke tempat bernama Faran (sekarang bernama Mekkah), yang waktu itu tak berpenghuni. Setelah mengantar Hagar, kemudian 

Abraham kembali ke Sarah di Palestina.
Dalam perkembangannya, di luar dugaan, Sarah yang telah sepuh, ternyata bisa hamil. Sarah kemudian melahirkan anak bernama Ishak. Bagaimana mungkin? Bukankah Sarah telah berusia 91 tahun? Namun begitulah yang dinubuatkan Tuhan kepada Nabi Ibrahim. Jika Tuhan telah bernubuat, maka tak ada yang mustahil, jika telah menjadi kehendak-NYA. Anak Sarah, yaitu Ishak kemudian beranak-pianak, keturunannya dikenal sebagai bangsa Israel. Nama Israel berasal dari nama anak Ishak (cucu Abraham) yaitu Yakub alias Israel.

Demikianlah, Sarah-Abraham-Hagar akhirnya memiliki anak. Yaitu Ismail yang kelak menurunkan bangsa Arab, dan Ishak yang kelak menurunkan bangsa Israel (Yahudi). Kedua keturunan ini akhirnya terseret konflik yang diwariskan turun-temurun. Bahkan kini menjadi konflik internasional. Konflik ini seolah menjadi simbol sebagai buah dari dosa manusia yang harus dipikul dari generasi ke generasi.

Lahirnya Ismail dan Ishak membawa masalah tersendiri bagi Sarah-Abraham-Hagar. Seiring dengan bertumbuhnya anak Hagar dan anak Sarah, bibit-bibit ketidak-cocokan telah tersemai di antara kedua saudara seayah lain ibu itu. Tampaknya ini berdampak pula kepada keturunan berikutnya. Bahkan hingga kini terus berlanjut dan di antaranya berkembang menjadi perebutan jalur Gaza. Masing-masing pihak merasa berhak atas wilayah itu.

Hingga detik ini, keturunan Ismail (bangsa Arab) dan keturunan Ishak (bangsa Israel/Yahudi) masih tetap memperebutkan tanah yang terus-menerus menjadi sengketa tiada akhir. Tanah sengketa itu awalnya bernama Kanaan yang disebut juga Palestina, yang diwariskan kepada keturunan Ishak (bangsa Israel/Yahudi). Tanah Palestina ini sudah ditempati oleh bangsa Israel/Yahudi kira-kira 2.000 tahun sebelum dan sampai pada tahun 70 sesudah Masehi. Tetapi kemudian tanah ini berada di bawah penjajahan tentara Romawi, yang berakibat bangsa Israel/Yahudi ditumpas dan dicerai-beraikan ke seluruh dunia. Penindasan tadi membuat bangsa Israel menjadi bangsa tersisihkan. Sejak itulah, bangsa Arab yang berdiam di sekeliling negara itu kemudian menempati tanah tersebut.

Sementara itu, bangsa Yahudi (Israel) sudah bosan selama beberapa abad harus menjalani nasib sebagai bangsa terbuang yang dikejar-kejar, dihalau, ditumpas, membuat mereka hidup berpencar-pencar. Situasi seperti ini ingin mereka akhiri. Setiap bangsa ingin memiliki wilayah yang tetap. Maka pada akhir abad ke-19, bangsa Israel akhirnya berusaha untuk dapat kembali bermukim di Palestina, tanah yang dahulu pernah didiami leluhur mereka. Holocaust atau pemusnahan massal oleh Nazi Hitler terhadap bangsa Yahudi pada Perang Dunia II, mengingatkan kembali pada nasib Yahudi yang selama beberapa abad selalu menjadi bangsa yang dikejar dan dimusnahkan. Oh, nasib! Kemudian sesudah berakhirnya PD II, pada tahun 1948 dibentuklah negara yang bernama Israel.

Didirikannya negara Israel pada tahun 1948, belum membuat bangsa Israel bisa tidur nyenyak. Pasalnya, kendati nama negara Israel ada dan eksis, namun wilayah negaranya terus dipersoalkan. Soalnya tanah yang diklaim oleh Israel sebagai wilayah mereka, juga diklaim oleh Palestina. Oleh karena masing-masing pihak merasa berhak atas tanah sengketa, perang tak berkesudahan antara Arab dan Yahudi (Palestina dan Israel) tetap berlangsung hingga detik ini. Konflik ini tak pernah mencapai solusi untuk secara adil membagi wilayah. Pasalnya, membagi wilayah bagi kedua negara, bukanlah solusi yang dikehendaki oleh kedua belah pihak. Dua-duanya sama-sama kerasnya, sama-sama tidak sudi berbagi wilayah. Latar-belakang sejarah membuat keduanya sama-sama merasa punya argumen kuat untuk mengklaim wilayah yang diperebutkan. Akibatnya konflik pun semakin alot.
Abraham yang diberkati Tuhan sebagai “Bapak segala bangsa”, menyiratkan bahwa bangsa-bangsa di dunia pada dasarnya adalah bersaudara, bahkan meski berbeda agama. Sayangnya bagi segelintir kelompok yang bertikai, makna “bersaudara” seolah sekadar makna kiasan kosong belaka. 
Namun tak semua penduduk antara kedua pihak, baik Palestina maupun Israel, yang mempertajam masalah konflik agama ini. (Baca: kutipan dari berita Tempo di bawah artikel ini). Yang menarik, silsilah berikut ini menunjukkan dari mana sebetulnya garis keturunan Nabi-Nabi yang diakui agama-agama, termasuk Nabi Muhammad dan Nabi Isa. Silsilah di bawah ini menunjukkan kedua Nabi, yaitu Muhammad dan Yesus berasal dari keturunan satu "Bapak" moyang yang sama, yaitu Abraham (Nabi Ibrahim).
Silsilah (atas) menunjukkan Yesus diturunkan dari Abraham (Nabi Ibrahim). Silsilah (bawah) juga menunjukkan Muhammad diturunkan dari Abraham (Nabi Ibrahim).
Dari silsilah di atas, bisa diperoleh gambaran mengapa Abraham ditulis di dalam kitab suci sebagai bapak dari banyak bangsa. Disayangkan, seperti Tom and Jerry, perang saudara antara keturunan Abraham (Ibrahim) ini, yaitu Arab dan Yahudi (Palestina dan Israel), tak ada habis-habisnya. Terlebih perang ini berujung pada isu sensitif, yang akhirnya melebar, diplintir menjadi konflik antar agama. Banyak yang memprediksi ini akan menjadi perang abadi tiada akhir. Bahkan ada ramalan, konflik ini akan membawa negara-negara di dunia kepada akibat yang tak terelakkan, yaitu Perang Dunia III. Lebih gawat, ada prediksi yang menyebut bahwa PD III akan membawa dunia kepada perang penghabisan. Wah!

Repotnya, perang ini tidak lagi terbatas antara dua bersaudara, keturunan Ishak dan Ismail. Juga berkembang menjadi perang yang melibatkan banyak negara lainnya, yang membawa kepentingannya masing-masing. Juga membawa masalah-masalah baru yang makin menumpuk. Maka semakin kisruhlah perang Arab versus Yahudi ini. Berbagai kepentingan ini membawa berbagai muatan; ada yang membawa muatan agama, politik, bisnis/ekonomi, dan kepentingan lainnya. Sudah tak jelas mana kawan mana lawan. Juga tak jelas siapa memihak siapa.
Yang jelas, salah satu kepentingan dalam perang adalah meraup profit dari bisnis senjata. Kalau peperangan panjang Arab-Yahudi ini berakhir, bisnis senjata juga bisa lesu. Padahal bisnis senjata sangat potensial untuk memberi income terbesar bagi sebuah negara. Nah, kalau bicara bisnis senjata, bisa ditebak, negara mana yang paling diuntungkan dari perang saudara antara Arab dan Yahudi di Palestina.

0 comment:

Posting Komentar

silahkan entri sepucuk komentar

MIEFTACHZONE

zONE OF mIEFTACH

Memories Of school